Senjata Meletus dalam Bentrok India vs China, Tembakan Pertama sejak Perang 1975

by -630 views

Akhirnya Senjata Meletus dalam  Bentrok India vs China, Tembakan Pertama sejak Perang 1975

Pertikaian India dan China di perbatasan yang dikenal Garis Kontrol Aktual (LCA) memasuki babak baru yang belum pernah terjadi setelah perang Tulung La, 1975.

Sebelum dalam bentrok berdarah di LAC Lembah Galwan 15 Juni 2020, 20 tentara India tewas, tapi tidak ada letusan senjata, melainkan baku pukul.

Perjanjian 1996 mengikat tentara India dan China untuk “menahan diri” dan memilih untuk “konsultasi langsung” jika situasi yang dihadapi muncul.

Tetapi bagian paling relevan dari perjanjian ini yang menjelaskan mengapa tentara India tidak bersenjata disebutkan dalam Pasal VI.

Dikatakan, “Tidak ada pihak yang akan menembakkan senjata atau bahan peledak atau melakukan pengejaran dalam jarak dua kilometer dari garis kontrol yang sebenarnya.”

Ketentuan ini menyebabkan praktik di mana tidak ada pihak yang bahkan mengacungkan senjata api.

Namun Selasa (8/9/2020), China mengakui pasukannya terpaksa melakukan “tindakan balasan” setelah tentara India melintasi perbatasan Himalaya dan melepas tembakan.

Baca Juga:  Cuaca Buruk, Pendakian Gunung Gede Pangrango Ditutup 15 Mei 2023

Kementerian Pertahanan China menuduh India melakukan “provokasi militer berat” setelah para tentaranya melintasi Garis Kontrol Aktual (LCA) di sisi barat perbatasan pada Senin (7/9/2020).

China juga menuding India “melepaskan tembakan untuk mengancam petugas patroli penjaga perbatasan China”.

“Pasukan penjaga perbatasan China terpaksa mengambil tindakan pencegahan yang sepadan untuk menstabilkan situasi di medan itu,” kata Zhang Suili Juru Bicara Komando Teater Barat dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dikutip dari AFP.

tribunnews
Pentungan besi dilapisi paku yang digunakan China saat baku pukul dengan tentara India di Lembah Galwan.(Istimewa)

Zhang mengatakan, India telah melanggar perjanjian yang dicapai kedua negara dan memperingatkan mereka dapat “dengan mudah menyebabkan kesalahpahaman”.