Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menegaskan siap melanjutkan penerapan pembatasan sosial berskala mikro dan komunitas (PSBMK) di Kota Bogor melalui penguatan pada edukasi warga terhadap pemahaman COVID-19. Dengan melibatkan dokter dan tokoh agama.
“Penguatan edukasi kepada warga agar lebih paham, apa dan bagaimana sebaiknya menyikapi COVID-19,” kata Bima Arya Sugiarto, di Balai Kota Bogor, Jumat, 11 September 2020.
Presentasi hasil survei terhadap 21.544 warga Kota Bogor pada 15 Agustus hingga 1 September 2020 itu disampaikan oleh suveyornya Sulfikar Amir, PhDAssociate dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura.
Menurut Bima Arya, dari presentasi hasil survei, kesimpulannya antara lain, sebagian besar warga Kota Bogor belum teredukasi dengan baik apa dan bagaimana sebaiknya menyikapi COVID-19. “Sebagian besar warga Kota Bogor juga terdampak ekonomi akibat pandemi COVID-19,” katanya seperti dikutip dari Antara.
Dengan dua kondisi tersebut, solusi terbaiknya adalah memberikan edukasi untuk penguatan pemahaman bahwa COVID-19 itu berbahaya sehingga memiliki kesadaran lebih tinggi untuk menerapkan protokol kesehatan. Sekaligus mengelola kondisi perekonomian masyarakat yang mulai menggeliat agar tetap berproses lebih baik.
“Jika dalam kondisi seperti saat ini diterapkan PSBB secara ketat, maka bisa terpapar semuanya,” katanya.
Menurut Bima, pada kondisi warga belum teredukasi dengan baik dan sebagian besar terdampak ekonomi, kalau diterapkan PSBB secara ketat tanpa diberikan bantuan, maka tidak mungkin perekonomian bisa menggeliat.
“Penerapan PSBB secara ketat juga membutuhkan personil Satpol PP dalam jumlah besar dan anggaran untuk bantuan sosial juga cukup besar. Jadi penerapan PSBB secara ketat itu tidak tepat untuk kondisi seperti saat ini,” katanya.