JABARMEDIA – Daerah Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor masuk ke dalam zonasi pengembangan Agro Ekowisata berbasis masyarakat. Apalagi ada dukungan dari sektor pertanian dan perikanan atau Agropolitan dan Minapolitan.
“Karena Kecamatan Nanggung memiliki komoditas unggulan seperti cengkeh, tanaman obat, manggis, produk logam dan lainnya,” kata Bupati Bogor, Ade Yasin saat sambutan acara Saba Desa di Kecamatan Nanggung Senin, (20/09/2021) kemarin.
“Wilayah Kecamatan Nanggung juga masuk ke dalam Kawasan Strategi Pariwisata Daerah (KSPD) Halimun Salak,” ujarnya. Adapun kecamatan yang masuk ke dalam KSPD adalah; Kecamatan Tenjolaya, Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Sukajaya dan Jasinga. Bertema utama alam, budaya dan Geopark serta tema pendukung edukasi.
Kecamatan Nanggung juga memiliki beberapa potensi wisata desa antara lain, Geo Heritage eks pertambangan bawah tanah PT Antam yakni; Curug Sawer, Leuwibongbang, Setu Nirmala dan Curug Macan.
Ada juga Bio Herotage di antaranya; Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Pengamatan Elang, Pengamatan Oa, habitat Anggrek raksasa. Termasuk hutan hujan, perkebunan Teh Nirmala, Aromedika dan pesawahan terasering.
Sedangkan untuk Cultural Heritage ada Pendopo Bupati Bogor pertama di Desa Malasari, Situs Pasir Jambu. Juga Situs Keramat Mbah Kudung dan Mbah Langgar, Kampung atau Desa Wisata Malasari, Kampung Pencak silat dan Pertanian.
Memanfaatkan SAMISADE
“Makanya kenapa ada Samisade (Satu Miliar Satu Desa), saya kira ini untuk menambah perekonomian desa dengan memuluskan jalan-jalan menuju pariwisata,” ucap Ade Yasin.
Walaupun begitu, penataan dan pengelolaan pariwisata di Kecamatan Nanggung harus ada kontibusi dari masing-masing kepala desa.
“Karena kita berharap wisata di sini lebih kepada wisata desa artinya tidak banyak merusak alam. Tidak banyak pertumbuhan bangunan-bangunan tinggi,” paparnya.
Juga fasilitas homestay yang disediakan warga. Perlunya edukasi bagaimana warga menjaga supaya rumah tetap bersih, menciptakan kenyamanan kepada para wisatawan. Itu tujuan supaya wilayah ini menjadi zona pengembangan Agro Ekowisata.
“Kalau orang kota yang dilihat itu toiletnya, rumahnya dari kayu-kayu lebih asyik dan lebih senang mereka, tapi kalau toiletnya kotor, jorok pasti mereka tidak mau,” tukasnya.
(az raxal – ikabari.com)