JABARMEDIA.COM, CIANJUR – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap adanya sesar baru yang menyebabkan gempa bumi berkekuatan 5,6 Magnitudo di Kabupaten Cianjur. Patahan dengan panjang 9 kilometer itu dinamai Sesar Cugenang.
Akibat gempa ini, setidaknya 334 nyawa melayang dengan delapan di antaranya masih dinyatakan hilang. Selain itu, ada 593 korban luka dengan 41 di antaranya masih dirawat di rumah sakit.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengatakan pasca gempa bumi yang mengguncang Cianjur, BMKG melakukan survey dengan metode penentuan strike patahan aktif Cugenang didasarkan pada focal mechanism dan sebaran gempa susulan, pelamparan kemenerusan surface rupture atau retakan permukaan, sebaran kerusakan bangunan, dan kelurusan morfologi.
“Awalnya kita cek dari dari beberapa titik utama yang mengalami longsoran akibat pergeseran tanah hingga retakan. Ada tiga titik utama, yakni di Nagrak, Sarampad, dan Ciherang. Setelah itu kita telusuri jalur retakan di antaran titik utama tersebut,” kata Dwikorita saat jumpa pers daring, Kamis (8/12/2022).
Dari hasil penelusuran dan pemantauan melalui udara, didapati panjang sesar tersebut mencapai 9 kilometer. Radius berbahayanya pun cukup luas.
“Kita juga menggunakan pemantauan udara, termasuk melihat sebaran titik kerusakan dan menyusuri garis di antaranya. Sehingga didapatkan sesar yang baru teridentifikasi ini membentang sepanjang 9 kilometer, dengan radius berbahaya kiri-kanannya 300-500 meter,” jelasnya.
Sesar Cugenang Melintasi 9 Desa
Dia mengatakan Sesar Cugenang melintasi 9 desa di dua kecamatan dengan straight atau lintasan yang mengarah ke barat laut tenggara.
Kesembilan desa yang dilintasi garis patahan tersebut ialah delapan desa di Kecamatan Cugenang yang terdiri dari Desa Ciherang, Desa Ciputri, Desa Cibeureum, Desa Nyalindung, Desa Mangunkerta, Desa Sarampad, Desa Cibulakan, dan Desa Benjot. Satu desa lainnya di ujung patahan yakni Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur.
Dia menambahkan patahan atau sesar tersebut baru teridentifikasi pasca gempa bumi di Cianjur dan tidak dalam bagian sesar aktif lain di Jawa Barat.
“Dari hasil penelusuran, ditemukan ada patahan yang baru teridentifikasi, karena patahan ini melintasi Kecamatan Cugenang, maka ditetapkan (namanya) Patahan Cugenang,” kata dia.
Dwikora menjelaskan hasil survei lapangan tersebut, zona berbahaya yang direkomendasikan untuk direlokasi mencapai 8,09 kilometer persegi yang di atasnya berdiri sekitar 1.800 rumah tinggal.
Dia merekomendasikan agar sepanjang patahan dan radius di sekitarnya tidak lagi dijadikan pemukiman. Namun kawasan tersebut tetap bisa dimanfaatkan untuk lahan terbuka hijau hingga pertanian.
“Lahan tersebut tetap bisa dimanfaatkan untuk kawasan nonstruktural. Bisa untuk lahan pesawahan, dihijaukan, serapan, konservasi, atau bahkan wisata tanpa adanya hotel. Konsepnya ruang terbuka tanpa ada bangunan sehingga jika terjadi gempa agar tidak ada runtuhan bangunan dan korban jiwa,” ucap dia.
(detik/ikabari.com)