JABARMEDIA.COM – DPRD Kota Bandung mendorong agar pemkot mengedukasi masyarakat dan membuat jalur deteksi bencana gempa sebagai upaya bantuan bencana gempa yang diakibatkan aktivitas Sesar Lembang.
Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan mendorong agar Dinas Penanggulangan Bencana dan Penanggulangan Bencana (Diskar) PB Kota Bandung mengkaji potensi gempa yang diakibatkan aktivitas Sesar Lembang.
“Kemudian, edukasi masyarakat juga sangat penting. Dan, titik-titik identifikasi harus dibuat,” kata Tedy kepada detikJabar dan di kutip ikabari.com, Senin (12 Mei 2022).
Lebih lanjut, Tedy mengatakan Pemkot Bandung harus membuat kajian dan desain tentang jalur pengangkut di semua titik yang aman. Kemudian, titik-titik kumpul di masing-masing, khususnya pusat keramaian juga harus segera dibuat.
“Dapur umum juga harus jadi perhatian, seperti apa dapur umumnya. Selama ini diskusi ada, tapi secara konkret belum ada,” ujar politik ucapus PKS itu.
DPRD mengelola DPRD di Femcot Bandung berdasarkan Badan Penanggulangan Bencan Daerah (BPBD). Awal tahun ini, DPRD telah menyampaikan ke eksekutif agar segera mungkin mengkaji tentang BPBD.
Di Konsultasikan ke Kemendagri
“Karena terkait ajuan satu dinas baru ini harus dikonsultasikan ke Kementerian Dalam Negeri(Kemendagri). Dinas juga harus melihat tingkat kerawanannya, nah di sini dianggap kerawanan bencana tidak besar,” ucap Teddy.
“Soal Sesar Lembang ini kan saya harap ada edukasi ke masyarakat yang masif. Saya harap dinas baru itu ada,” ucap Tedy menambahkan.
Sekadar diketahui, belum lama di BMKG telah memberikan pernyataan tentang potensi gempa akibat dari aktivitas Sesar Lembang. BMKG memastikan hingga kini belum ada aktivitas dari Cesar Lembang. Kendati demikian, BMKG mengingatkan tentang adanya potensi gempa bumi dari aktivitas Sesar Lembang.
“Sejauh ini belum ada aktivitas Sesar Lembang. Tapi BMKG dengan jaringan jauh lebih baik sekarang selalu memantau pergerakan Sesar Lembang selama 24 jam,” kata Staff Observasi Gempa Bumi BMKG Stasiun Geofisika Bandung Ajeng Marina Utamie.
Ajeng mengatakan BMKG dan Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) dimulai Oktober 2017 di Sesar Lembang. Hasilnya, magnitudo maksimum gempa akibat aktivitas Sesar Lembang sekitar enam sampai tujuh.
“Magnitudo maksimumnya itu ada di enam sampai tujuh, itu hanya potensi bukan prediksi. Jadi potensi itu soal bahayanya, kita belum tahu kapan dan di mana. Kalau prediksi itu kayak tinggal besok, itu yang harus kita hindari, kata-kata prediksi ” ucap Ajeng.
(tribunnews/kabarbogor)