Dari kejauhan, tumpukan sampah terlihat begitu menggunung dan tentu saja mengeluarkan bau tidak sedap disertai lalat yang berterbangan. Tak jarang tumpukan sampah ini dikeluhkan oleh orang tua siswa yang sedang mengantar anak di pagi hari.
Di siang hari yang terik, Ideng dan rekan-rekannya semangat mengangkut sampah ke truk sampah dan tiga gerobak motor. Ia tak bisa memastikan rata-rata berapa ton sampah yang harus diangkut.
Menurutnya, sebetulnya sudah ada petugas-petugas yang membantu mengangkut sampah di kediaman warga sekitar. Tapi karena enggan membayar angkutan sampah, warga secara tiba-tiba memilih bagian jalan yang seharusnya menjadi tempat kendaraan drop off para siswa.
“Pokoknya ini udah lama, nggak tahu juga kenapa pada buangnya pilih disini. Pokoknya mereka mah mau enaknya aja buang aja disini dikumpulin gitu. Ini setiap siang pasti diangkutin udah bersih gitu, nanti malem pasti ada lagi numpuk,” kata dia.
Ideng, petugas Gober dari DLHK Kota Bandung, mengaku sering menerima keluhan soal sampah itu. Dia dan rekan-rekannya pun berusaha semaksimal mungkin untuk mengangkut. Namun ternyata tumpukan sampah itu bermula dari kebiasaan oknum warga setempat.
“Harusnya mereka mau bayar karena udah ada yang ngangkutin sendiri. Ini ngerugiin banyak orang di pinggir jalan depan sekolah,” kata beberapa gober yang lain.
(Detik/idram)