Sebuah sumur di Ciamis sering didatangi oleh warga luar daerah dari pejabat sampai biduan. Konon apabila mandi di sumur tersebut maka apa yang diinginkan dapat terkabul.
Namanya sumur Panyipuhan di Dusun Kedungcaung, Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. Lokasinya berada di pinggir jurang kebun warga.
Oyon (66), warga setempat yang juga kuncen sumur tersebut mengatakan, setiap malam kliwon sumur itu kerap dikunjungi warga dari luar daerah. Mereka sengaja datang untuk mandi di lokasi sumur.
Orang yang datang dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat yang ingin naik pangkat, ingin dapat jodoh, para pekerja atau buruh hingga biduan lokal.
“Namanya Sumur Panyipuhan. Banyak yang datang dari Bekasi, Karawang, Cikampek dan Bandung. Misalkan ingin disayang oleh bos, buruh pabrik mandi di sini. Tidak ada ritual istimewa, cukup baca bismillah, berdoa sama sang pencipta, mandi saja seperti biasa. Datangnya setiap malam kliwon tidak hanya malam Jumat saja,” ungkap Oyon.
Dia mengungkap, sumur tersebut konon sudah ada sejak jaman Kerajaan Galuh. Lokasinya pun tidak jauh dari Obyek Wisata Ciung Wanara (peninggalan Kerajaan Galuh).
“Menurut cerita orang tua dulu sumur ini dibuat oleh salah satu tokoh dari Kerajaan Galuh untuk nyipuh yang memiliki makna mensucikan diri atau menyempurnakan. Sumur ini tidak pernah surut meski dipakai mandi 100 orang,” ungkapnya.
Menurut Oyon, selain dipakai mandi, banyak juga warga yang datang mengambil air sumur tersebut untuk tujuan tertentu. Namun menurut Oyon sumur tersebut hanya sebagai sarana saja, namun semuanya kembali kepada sang pencipta.
“Jadi orang yang datang ke sini itu tidak dari mulut ke mulut tapi dalam mimpi. Mereka langsung datang ke sini dan ketemu saya lalu diantar ke sumur ini,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Karangkamulyan Uus Uswandi membenarkan Sumur Panyipuhan tersebut sering didatangi warga luar daerah. Menurutnya sumur itu sudah ada sejak jaman dulu pada masa Kerajaan Galuh.
Hanya saja perlu ada penelusuran lebih lanjut mengenai cerita sejarah yang berkaitan dengan sumur tersebut. Sementara yang berkembang saat ini hanya cerita masyarakat dari mulut ke mulut.
“Jadi Sumur Panyipuhan ini artinya disempurnakan. Yang tadinya tumpuk jadi tajam atau yang tadinya redup jadi terang,” ungkapnya.
Menurut Uus, keberadaan Sumur Panyipuhan ini merupakan peninggalan kearifan lokal yang harus dilestarikan. Hal paling penting adalah memaknai peninggalan leluhur namun sejalan dengan kepercayaan agama.
“Tentunya ini bisa dijadikan sebuah nilai kemanfaatan dan keberkahan bagi kita semua,” ungkapnya.
“Setiap daerah pun banyak sumur yang dijadikan memiliki nilai obyek wisata,” ucapnya.
Uus menjelaskan alasan sumur tersebut tidak pernah kering karena berada di sebuah kebun dengan banyak pohon aren. Diketahui pohon aren merupakan salah satu pohon yang mampu menyimpan dan menghasilkan air yang sangat baik.
(detik/idram)