JABARMEDIA.COM – Kenaikan harga daging ayam membuat sejumlah penjual daging ayam di Pasar Cibubur, Jakarta Timur, tidak berjualan selama beberapa hari terakhir.
Penjual daging ayam di Pasar Cibubur bernama Sutinah (58) mengatakan, tiga rekannya tidak berjualan sejak lima hari lalu.
“Yang jual ayam fillet itu pada enggak datang. Emang harganya tinggi. Biasanya mereka di sana, udah ada lima hari mereka enggak jualan. Mungkin karena naik lagi, naik lagi (harga daging ayam), orang kan bingung juga,” kata Sutinah di lapaknya, Rabu (12/7/2023).
Meski ayam tersebut dijual lebih murah dari modal, masih banyak pembeli yang bertanya-tanya, mengapa harga daging ayam mahal sekali. “Pembeli aja yang kadang beli Rp 27.000, kami kasih harga Rp 30.000, udah pasti protes, sedangkan kami beli Rp 34.000-Rp 35.000, itu kami jual Rp 30.000- Rp 31.000 sekilo aja dia langsung protes, ‘Kok potongannya kecil’, ya memang ayam ukuran di bawah sekilo itu kan kecil banget, yang delapan ons, sembilan ons.
Tetap aja dia protes,” tutur Sutinah. Sutinah mengaku tidak mengetahui penyebab daging ayam begitu mahal saat ini. Sebab, menurut dia, pasokan daging ayam tak terhambat sama sekali.
“Dari yang memasok sudah mahal, ya dia bilangnya dari kandang juga sudah mahal. Enggak tahu juga kenapa harganya terus naik, kalau ayam pasti banyak, ayam itu ada aja ayam mah. Tapi ya harganya kayak gitu (mahal),” tutur Sutinah.
Selain itu, penjual daging ayam di lantai atas juga tidak berjualan sejak beberapa hari terakhir. “Banyak yang enggak jualan. Itu yang lantai atas yang biasanya jualan dari jam 12.00 malam, banyak yang enggak jualan.
Dari Lebaran (Idul Adha) sampai sekarang, ada juga yang belum datang,” ungkap dia. Sutinah menuturkan, dalam satu bulan terakhir, harga daging ayam melonjak tajam hingga Rp 35.000 per kilogram (kg). Padahal, sebelum Idul Adha, harga daging ayam masih berkisar Rp 25.000-Rp 27.000 per kg.
“Yang ayam belah empat itu kan dulu kami belanja cuma Rp 26.000 atau Rp 27.000, kami bisa jual Rp 28.000. Sekarang yang ukuran belah empat aja kalau kami modal itu Rp 34.000, kami jual cuma Rp 31.000 atau Rp 32.000 per ekor, nombok Rp 2.000,” kata Sutinah.
(Kompas/idram)