Gaduh Nyamuk Wolbachia untuk Tangkal DBD, PB IDI Angkat Bicara

by -48 views

JABARMEDIA.COM – Inovasi teknologi nyamuk ber-wolbachia yang diterapkan pemerintah Indonesia untuk menekan penularan demam berdarah dengue (DBD) memicu kegaduhan di masyarakat.

Banyak informasi simpang siur yang beredar hingga memicu kekhawatiran terkait dampaknya bagi kesehatan. Sebagian kalangan mengklaim bahwa kasus DBD turun bukan karena wolbachia tetapi karena penerapan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) Plus di masyarakat.

Adapun nyamuk wolbachia yang belakangan disebut sebenarnya adalah nyamuk aedes aegypti yang diinfeksi dengan bakteri wolbachia. Teknologi ini bertujuan untuk mengendalikan penularan virus dengue, penyebab penyakit DBD, karena bakteri tersebut akan berkompetisi dengan virus di tubuh nyamuk.

Terkait hal ini, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi, SpOT buka suara. Ia menyebut penanganan untuk memberantas DBD bukan hanya single strategy, tetapi juga melibatkan multi stakeholder strategy. Artinya, upaya mengatasi DBD bukan hanya berkaitan dengan menghilangkan nyamuknya saja, tetapi juga ada penguatan di dalam kesadaran komunitas masyarakat, seperti menerapkan 3M Plus

“Bukan hanya berkaitan dengan menghilangkan nyamuknya saja, atau mengendalikan vector atau nyamuknya saja,” ucapnya dalam media briefing, Senin (20/11/2023).

Baca Juga:  Ayo Datang, Hari ini Bandung Air Show 2015 Resmi Dibuka

Lebih lanjut, dr Adib juga menjelaskan hadirnya teknologi wolbachia ini bukanlah serta-merta menggantikan upaya pencegahan dengue lainnya yang sebelumnya telah diterapkan. Akan tetapi, teknologi wolbachia ini dijadikan sebagai pelengkap dari upaya pemerintah dalam memberantas DBD.

“Gerakan pemberantasan sarang nyamuk yang telah dilakukan oleh beberapa daerah itu tetap, mulai dari secara fisik melakukan 3M Plus, yakni menguras, menyikat, mengukur, menutup, dan memanfaatkan 5 barang bekas, dan secara biologi yang selama ini sudah dilakukan memelihara ikan pemakan jentik nyamuk,” imbuhnya.

“Secara kimiawi sudah dilakukan, maka apa yang kemudian kita khususkan saat ini adalah dalam satu bagian dari multistrategi dalam penanganan virus dengue,” sambungnya lagi.

Serupa, Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Dr Riris Andono Ahmad, BMedSc, MPH, PhD mengatakan, kebutuhan fogging atau pengasapan dengan insektisida terbukti menurun dari dampak pemanfaatan teknologi wolbachia. Hal ini membuat anggaran penanganan DBD atau dengue bisa ditekan.

“Kami teruskan untuk pemantauan dampak jangka panjang dari pemanfaatan teknologi Wolbachia sampai 2025. Kami harap intervensi ini bisa mendukung capaian dari eliminasi dengue di Indonesia,” tuturnya

Baca Juga:  Mulai Hari Ini, Taman Buah Mekarsari Kembali Dibuka Untuk Umum

(Detik/idram)