Nostalgia Kepemimpinan Kota Bogor di Galeri Bumi Parawira

by -61 views
bumi parawira bogor

JABARMEDIA.COM – Keseimbangan hidup tercapai jika kelelahan bertemu dengan hal-hal rekreatif yang melepaskan seluruh emosi negatif untuk mampu menginternalisasi nilai-nilai (values) yang didapat dari inspirasi ketika bertemu dengan seseorang atau pergi ke suatu tempat. Rekreasi seperti yang telah disebutkan di atas, didapatkan melalui kunjungan saya ke Bumi Parawira Kota Bogor pada 24 Februari 2024.

Apa itu Bumi Parawira?

Bumi Parawira adalah galeri yang menyajikan visualisasi informatif kisah para pemimpin di Kota Bogor sejak masa Kerajaan Pajajaran hingga masa kini. Galeri yang diresmikan pada Desember 2023 ini menjadi pesona baru Kota Bogor sebagai arena rekreasi yang kreatif dan informatif sehingga menarik banyak pengunjung baik dalam kota maupun dari luar kota.

Cara Menuju ke Bumi Parawira

Bumi Parawira terletak di kawasan strategis, berada di Jalan Kapten Muslihat No. 21 dan sudah didukung oleh transportasi publik yang memadai, seperti angkot dan biskita. Di sepanjang jalan, hiruk pikuk manusia perkotaan terlihat jelas dengan kemacetan khas yang disebabkan berhentinya angkot sembarangan. Sesampainya di sana, saya melihat banyak pengunjung lain yang sedang antre dengan tertib di depan komputer pendataan pengunjung perpustakaan, mengingat Bumi Parawira berada dalam gedung yang sama dengan Perpustakaan Kota Bogor. Mereka datang dari berbagai daerah di Jabodetabek, ada yang perorangan, dengan keluarga bahkan ada pula rombongan sekolah.

Proses Registrasi

Setelah proses registrasi digital selesai, saya dan pengunjung lainnya diarahkan langsung menuju lantai tiga, tempat Bumi Parawira. Perjalanan menuju lantai tiga disuguhi dengan berbagai visualisasi yang indah. Kami diperkenalkan lukisan-lukisan bertema keindahan alam Kota Bogor dari para perupa. Lukisan-lukisan tersebut terpampang di berbagai sisi ruangan sehingga perjalanan kami dari lantai satu menuju lantai tiga tidak membosankan. Selain itu, terdapat kubus-kubus perkenalan tokoh-tokoh krusial dibalik pembangunan Bumi Parawira. Hal ini selain menjadi perkenalan tokoh, juga sebagai bentuk apresiasi terhadap tokoh-tokoh dibalik berdirinya Bumi Parawira.

Baca Juga:  Terminal Pulogebang Diuji Coba H-7 Lebaran

Sesampainya di lantai tiga, saya dan pengunjung lainnya registrasi tiket terlebih dahulu. Meskipun kunjungan Bumi Parawira gratis, tetapi setiap pengunjung diwajibkan melakukan reservasi tiket terlebih dahulu maksimal lima belas hari sebelum kedatangan. Reservasi dilakukan secara online melalui website bumiparawira.com. Hal ini dilakukan untuk mencegah penumpukan pengunjung, mengingat minat masyarakat terhadap Bumi Parawira ini sangat tinggi. Petugas menyampaikan jumlah pengunjung setiap harinya tidak kurang dari 800 pengunjung. Setelah reservasi, saya diberikan penjelasan terkait aturan selama sesi kunjungan meliputi hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada dalam galeri, diantaranya tidak boleh foto atau video menggunakan flash, tidak boleh makan dan minum, tidak boleh menyentuh lukisan dan replika serta tidak diperkenankan membawa tas besar.

Lorong Waktu

Memasuki lorong pertama, saya disuguhi oleh lorong waktu. Lorong waktu ini menjadi salah satu spot favorit para pengunjung. Mereka terkesima dengan pencahayaan yang disuguhkan. Lorong berbentuk setengah lingkaran dan neon bergambar seolah menghipnotis para pengunjung untuk memasuki waktu dan masa tertentu. Banyak pengunjung yang berfoto di lorong ini, bahkan mereka meminta pengunjung lainnya untuk membantu memfotokan. Unsur inovatif dan modern begitu terasa.

Masa Kolonialisme

Memasuki arena selanjutnya, yakni masa kolonialisme. Berjalan ke arena ini benar-benar bisa membayangkan bagaimana kehidupan di masa itu. Langit-langit petir, suasana gelap ditambah adanya replika prasasti batu Tulis dan Pasukan berkuda menghidupkan suasana.

bumi parawira masa kolonialisme

Sajian informatif dari tulisan-tulisan di samping lukisan era kolonialisme dan informasi seputar kerajaan Pajajaran menjadi sarana edukasi untuk para pengunjung. Lukisan berukuran besar benar-benar menarik perhatian sehingga para pengunjung betah untuk memperhatikan setiap detail dari lukisan-lukisan tersebut.

Masa Orde Lama

Selanjutnya saya melanjutkan perjalanan ke era orde lama. Sepanjang arena ini, saya melihat adanya variasi visual yang disajikan untuk mengkomprehensifkan makna yang ingin disampaikan kepada para pengunjung melalui budaya visual yang tersaji. Selain lukisan, terdapat televisi tabung yang menyiarkan kanal pada zaman tersebut. Terdapat pula replika radio, kamera dan replika naskah Konferensi Bogor yang diapit oleh dua tiang bendera merah putih.

Baca Juga:  Kabupaten Bogor Siapkan Ruang Isolasi untuk Warga Kota yang Positif Covid-19

bumi parawira masa orde lama

Di titik-titik tersebut, banyak pengunjung yang berfoto karena hal tersebut dinilai menjadi point of interest dari keseluruhan arena. Saya juga dapat merasakan pengalaman baru secara langsung terhadap kondisi di era orde lama yang mulai adanya perkembangan teknologi yang lebih canggih. Di arena ini juga terdapat replika kertas suara Pilkada Kota Bogor untuk yang pertama kalinya. Hal ini tentu menjadi pengalaman observatif yang saya rasakan untuk membanagun imajinasi kehidupan era tersebut.

Masa Orde Baru

Memasuki arena ketiga, yakni orde baru, langkah kaki saya langsung tertuju pada replika pembangunan Tugu Kujang yang divisualisasikan oleh satu helikopter yang menurunkan bagian atas Tugu Kujang, yakni senjata Kujang.

bumi parawira masa orde baru

Hal ini menggambarkan proses pembangunan Tugu Kujang kala itu. Lalu jika melihat ke arah kiri, terdapat replika angkot Kota Bogor zaman dulu yang bagi sebagian pengunjung membangkitkan nostalgia era 90-an. Pada saat berada di area tersebut, saya mendengar sayup-sayup nostalgia dari para pengunjung dewasa yang menceritakan pengalamannya di era kala itu. Hal itu didukung oleh profil-profil para walikota Bogor pertama hingga terkini di dinding sejarah walikota.

Di area tersebut, saya juga menanyakan pendapat seorang pengunjung yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di Bumi Parawira. Ia menilai Bumi Parawira menjadi galeri sejarah kepemimpinan yang inovatif dan konsep yang modern, dekat dengan generasi Z yang menyukai hal-hal visual estetis dan instagramable. Ia menilai, selain lukisan-lukisan yang mendetail, replika-replika yang tersedia menambah pengalaman untuk membangunkan imajinasi, membayangkan apa yang terjadi pada setiap era. Pengenalan sejarah seperti ini menghembuskan sisi inovatif yang jauh dari kata monoton meskipun di lahan yang tidak terlalu luas. Memasuki lorong selanjutnya yakni lorong representasi Bogor sebagai Kota Hujan dengan menampilkan payung-payung yang menggantung di dinding lengkap dengan lampu led yang dijuntaikan ke bawah yang menggambarkan air hujan yang turun. Semua sisinya menggunakan cermin sehingga menjadi arena eksploratif baru bagi para pengunjung.

Baca Juga:  kebakaran pasar lembang ; Apud Lemas Kiosnya Jadi Abu dan Rugi Hingga Rp 300 Juta

Lorong Covid-19

Bergeser dari sisi ini, saya melanjutkan perjalanan menuju lorong terakhir yakni lorong Covid-19. Di lorong ini, saya langsung tertarik pada dinding yang ditempelkan masker secara berjajar san repetitif. Dinding ini membangkitkan memori tentang masa-masa dimana masyarakat diwajibkan menggunakan masker kemanapun.

bumi parawira lorong covid

Di sisi kanan saya dapat melihat patung tenaga kesehatan lengkap beserta papan informasi di dinding atasnya. Atap lorong dipasangkan gantungan-gantungan berbentuk virus covid-19. Lorong ini juga tampaknya menjadi daya tarik khususnya bagi anak-anak yang berkunjung. Banyak anak-anak sekolah dasar yang memusatkan perhatian mereka ke atap saat berada di ruangan ini.

Setelah semua lorong terlewati, saya dan beberapa pengunjung lain keluar dari area galeri. Raut wajah sumringah tergores jelas di wajah para pengunjung. Galeri kepemimpinan yang dibangun pemerintah kota ini berhasil menarik hati masyarakat untuk mempelajari sejarah kepemimpinan Kota Bogor. Selain itu, galeri kepemimpinan satu-satunya di Kota Bogor in juga menjadi bentuk penghormatan kepada para pemimpin terdahulu dengan mengabadikan hasil pekerjaan mereka dalam bentuk lukisan, foto dan replika. Galeri ini juga menjadi bentuk apresiasi terhadap para seniman di Kota Bogor untuk menyalurkan kreativitas mereka dan abadi tersimpan dalam galeri. Dengan adanya galeri ini juga saya melihat dan kebiasaan positif masyarakat untuk berkunjung dan memanfaatkan fasilitas-fasilitas publik yang tersedia sehingga akan meningkatkan animo masyarakat terhadap produktivitas mereka.

Penulis: Assyifa Uzzahro Khoerunnisa