Bertaruh Nyawa Menyeberangi Sungai demi Sekolah

by -2 views
JABARMEDIA.COM – Hari pertama sekolah pada Senin 6 Januari 2025 jadi hari yang berat bagi siswa-siswi yang bersekolah di SDN Pasir Pogor di Kampung Cikadaka, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Sukabumi. Mereka harus berjuang melewati derasnya arus sungai demi mencapai sekolah.

Kondisi tersebut dialami para siswa-siswi itu setelah jembatan gantung yang biasa mereka lewati ambruk diterpa banjir pada Rabu 4 Desember 2024 lalu. Jembatan yang belum lama diresmikan itu padahal jadi satu-satunya akses bagi warga dan siswa di sana untuk beraktivitas.

Teh Bete salah seorang warga menuturkan, sejak jembatan gantung itu terputus, warga dan siswa harus menantang maut dengan menyeberangi sungai. Padahal sebelumnya, mereka selalu merasa aman saat jembatan masih kokoh berdiri.

“Sekarang anak-anak sekolah terpaksa menyeberangi sungai lagi, basah-basahan dan berenang lagi. Hanya berjalan dua bulan lebih warga dan anak-anak sekolah bisa menyeberang dengan nyaman, banjir bandang yang datang merusak jembatan,” ujar Teh Bete, Selasa (7/1/2025).

Ambruknya jembatan gantung itu sempat membuat proses belajar mengajar di SDN Pasir Pogor dihentikan. Namun saat masa libur usai, siswa-siswi harus kembali bersekolah dan mau tak mau harus berjuang melewati sungai dengan menjunjung sepatu dan menyingsingkan celana.

Untungnya, air sungai tidak terlalu dalam. Namun jika hujan turun, tak ada yang berani menyeberang karena volume air yang meninggi.

Baca Juga:  Jembatan Bambu Runtuh, 1 Tewas, 9 Hanyut

“Jadi sekitar dua bulanan ya, bisa menikmati jembatan utuh. Lalu karena bencana, anak-anak libur, dan kemarin dengan hari ini kembali mereka berenang dan ada yang digendong untuk menyeberangi sungai. Seperti pagi tadi, sungai agak surut, anak-anak SD diantar menyeberang oleh orang tuanya,” ucap Bete.

“Kalau air pasang atau hujan deras, semua aktivitas itu terpaksa diliburkan,” imbuhnya.

Bukan cuma pelajar, para petani juga harus melakukan hal serupa. Bahkan petani sampai harus berenang demi mencapai tujuan. “Selepas jembatan hilang, semua kembali ke asal. Mereka berjalan lagi melintasi sungai, bahkan ada yang sampai nekat berenang,” terangnya.

Banjir yang menumbangkan jembatan gantung itu diketahui sebagai peristiwa bencana paling parah yang pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir. Banjir tersebut diketahui terjadi karena hujan yang turun berturut-turut selama tiga hari.

“Jembatan roboh sekitar pukul 10.00 atau 11.00 pagi. Fondasinya tergerus air karena banjir kali ini sangat besar. Selama 20-25 tahun saya tinggal di sini, belum pernah melihat air sungai meluap seperti saat itu,” jelas Ruyatman, Kepala Seksi Pelayanan Desa Cidadap.

Baca Juga:  Berpuasa di Negara Matahari Tak Pernah Tenggelam

(Detik/idram)