Atas dasar jasa-jasanya, H. Nali sempat akan diberikan hadiah oleh Negara berupa tempat di sebuah bukit di kaki Gunung Salak yang kini menjadi “Pasir Reungit” (kini tempat wisata Gunung Bundar), tapi beliau menolaknya. H. Adun dan abah Aja merupakan veteran yang sempat mendiami tempat itu. Menurut pengakuan Mad Soleh (cucu H. Nali) yang pernah menemui H. Adun saat ke Gunung Bundar, bahwa ketika tempat itu akan dibeli oleh investor, H. Adun mengatakan, jangankan dibeli, diambil untuk kepentingan negara dan rakyat Ia sanggup memberikannya karena perjuangannya atas dasar keikhlasan semata, tapi kalau untuk kepentingan lain, Ia sanggup berkelahi. Jangankan menghadapi tembakan menghadapi bom pun Ia akan menghadapinya, asalkan dengan penjajah.

Bila dapat diketahui sejarah Sunda tempo dulu, mungkin ada satu peratanyaan yang hendak diajukan. Siapa saja yang ingin menjawab, baik itu Badan Pusat Statistik (BPS) bagian Sensus Populasi Penduduk, sejarahwan atau cendikiawan. Berapakah jumlah penduduk masyarakat Jawa Barat (Jabar) suku Sunda pada masa kerajaan Tarumanegara atau Pajajaran berkuasa?